Senin, 17/06/2024 - 19:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Remaja Gampang Kabur Ketika ’Ribut’ dengan Orang Tua, Apa Penyebabnya?

JAKARTA — Konflik antara orang tua dan anak merupakan sesuatu yang sulit dihindari. Terlebih, pada anak yang sudah menginjak usia remaja. Akan tetapi, menjadi mimpi buruk bagi setiap orang tua jika anak memutuskan pergi dari rumah saat terjadi konflik.

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Pasalnya, di luar rumah, ada banyak bahaya mengintai anak, baik secara fisik maupun psikis. Belum lagi, ancaman predator seksual, seperti yang kasusnya baru-baru ini terungkap dan membuat orang tua semakin waswas terhadap keselamatan anak.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Dilantiknya Daddi Peryoga sebagai Kepala OJK Provinsi Aceh

Dikutip dari laman Empowering Parents, Jumat (22/12/2023), pakar pengasuhan James Lehman pernah mengulas penjelasan di balik perilaku anak yang memilih pergi dari rumah jika ada konflik dengan orang tua. Sepanjang kariernya selama dia masih hidup, Lehman kerap menangani remaja yang pergi dari rumah.

ADVERTISEMENTS
Menuju Haji Mabrur dengan Tabungan Sahara Bank Aceh Syariah

Penyandang gelar magister pekerjaan sosial itu mengatakan ada beberapa penyebab di balik anak yang kabur dari rumah saat berkonflik dari orang tua. Itu bisa karena stres yang tak tertahankan, takut akan konsekuensi atas perbuatannya, atau cara menyatakan kekuasaan.

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda

“Menurut saya, alasan utama anak-anak kabur dari rumah adalah karena mereka tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang baik. Melarikan diri adalah solusi bagi mereka, produk pemikiran hitam-putih. Anak-anak lari karena tidak ingin menghadapi sesuatu, termasuk emosi yang tidak ingin mereka atasi,” kata Lehman dalam paparannya.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh
Berita Lainnya:
Waspada, Bayi Kuning Lebih dari Dua Pekan Kemungkinan Kelainan Hati

Remaja yang melarikan diri disebutnya sudah kehabisan keterampilan memecahkan masalah. Keputusan meninggalkan rumah bersama segala hal yang membebani mereka, dianggap dapat menyelesaikan atau meniadakan masalah. Namun, ada beberapa jenis perilaku yang berbeda.

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh

Ketika anak melarikan diri setelah sesuatu terjadi, hal ini dapat dianggap sebagai perilaku kabur episodik. Polanya tidak konsisten dan anak tidak selalu menggunakannya sebagai strategi pemecahan masalah atau untuk mendapatkan kekuasaan. Sebaliknya, anak mungkin berusaha menghindari konsekuensi, penghinaan, atau rasa malu.  

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh

Ada juga pelarian kronis, di mana anak selalu melarikan diri untuk mendapatkan kekuasaan. Ini bisa menjadi bentuk lain dari manipulasi, bahkan mungkin anak kerap mengancam orang tuanya dengan mengatakan akan kabur dari rumah jika memaksa melakukan sesuatu.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

Apa yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah perilaku demikian? Lehman menyarankan orang tua bicara dari hati ke hati dengan anak, serta memberikan pengertian bahwa kabur dari rumah tidak akan membantunya menyelesaikan masalah.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses kepada Pemerintah Aceh atas Capai WTP BPK

Hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah mengajari anak keterampilan memecahkan masalah sejak dini. Ajak anak memandang masalah dari berbagai sudut pandang berbeda dan memikirkan banyak opsi untuk mengatasi masalah yang dia hadapi.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Berikan penghargaan kepada anak ketika mereka mampu memecahlan masalah. Orang tua pun perlu menumbuhkan cinta tanpa syarat dalam mengasuh anak, yang artinya orang tua sudah sepatutnya tetap mencintai anak seperti apa pun kondisi maupun prestasinya. 

ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard
Berita Lainnya:
Tips Meningkatkan Kecerdasan dan Kesehatan Mental Anak di Era Digital

“Ada baiknya juga bagi orang tua untuk mengatakan, ‘Tidak apa-apa jika membuat kesalahan di sini’. Jelaskan kepada anak Anda bahwa ‘cara kita menangani kesalahan di rumah adalah dengan menghadapinya dan mengatasinya’,” kata Lehman.

Semua orang tua disebutnya harus memiliki sistem masing-masing untuk mengecek kondisi anak, baik fisik maupun mental. Selalu sempatkan mengobrol dengan anak tentang harinya di sekolah, hubungan dengan teman-temannya, dan berbincang tentang banyak hal. 

Dengan begitu, anak sadar bahwa orang tua memiliki minat besar terhadap diri mereka dan tertarik dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Menurut Lehman, komunikasi dengan anak adalah keterampilan yang dapat terus dikembangkan oleh orang tua.

Meski lelah setelah bekerja sepanjang hari, selalu sempatkan berkomunikasi dengan anak. Bahkan jika anak yang beranjak remaja menjadi sukar dilibatkan dalam perbincangan, orang tua tidak boleh menyerah untuk menjangkau anak dengan berbagai cara. 

Lantas, apa yang harus dilakukan jika terjadi pertengkaran dan anak mengancam meninggalkan rumah? Lehman menyarankan untuk menenangkan anak. Bukan ide yang baik untuk menyuruh anak langsung ke kamar tidurnya. Alih-alih demikian, coba tanyakan apa yang sebenarnya membuat dia ingin pergi.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ ۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا الكهف [27] Listen
And recite, [O Muhammad], what has been revealed to you of the Book of your Lord. There is no changer of His words, and never will you find in other than Him a refuge. Al-Kahf ( The Cave ) [27] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi